Jakarta, Sindonews.id - Republik Indonesia (RI) memimpin ASEAN untuk mampu mengurangi penggunaan mata uang Dollar AS.
Hal tersebut bertujuan untuk bisa terus meningkatkan penggunaan mata uang lokal dari negara kawasan.
Diketahui bahwa Indonesia sendiri saat ini memegang keketuaan KTT ASEAN ke-43 pada tahun 2023 ini.
Tentunya keketuaan tersebut terus dimanfaatkan untuk bisa menyukseskan sejumlah tujuan yang besar, salah satunya adalah pengurangan penggunaan Dollar AS.
Sebenarnya, bangsa ini sendiri dengan sejumlah negara ASEAN lain memang sudah mengawali adanya dedolarisasi sejak tahun 2017 silam. Kala itu, kesepakatan ditandatangani oleh RI bersama dengan Malaysia dan Thailand.
Ketiga negara tersebut memang telah sepakat untuk bisa menyelesaikan transaksi perdagangan secara bilateral namun dengan menggunakan mata uang lokal (local currency settlement).
Kegiatan dan transaksi keuangan itu antara lain adalah mencakup pembukaan rekening mata uang Bhat Thailand dan juga Ringgit Malaysia.
Dengan adanya kesepakatan itu juga menjelaskan kuotasi secara langsung untuk mata uang Baht dan Ringgit terhadap Rupiah serta pembiayaan perdagangan dalam mata uang Baht dan Ringgit.
Dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN (AFMGM), memang seluruh negara telah berkomitmen untuk menggunakan mata uang lokal mereka sebagai transaksi lintas batas.
Pemimpin ASEAN sudah dukung dan komitmen memperluas transaksi seperti ini.
"Ini upaya yang sudah disepakati Menkeu dan bisa untuk lakukan ini di 3 bidang yaitu transaksi mata uang lokal untuk fasilitasi perdagangan," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
“Dan investasi kedua transaksi mata uang lokal dan pembayaran lintas batas," tambahnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Internasional Rudy Brando Hutabarat menjelaskan bahwa dengan adanya pemanfaatan penggunaan mata uang lokal tersebut jelas akan mereduksi penggunaan Dollar AS dalam bertransaksi.
Ketika hal tersebut dilakukan maka tentu akan membuat biaya transaksi menjadi lebih murah diantara berbagai negara kawasan.
"Menjadi lebih efisien, jadi dari transaksinya bukan saja transaksi sekarang, misal dengan Malaysia tidak dulu konversi ke USD, baru kemudian Ringgit, tapi bisa langsung menjadi rupiah," ucap Rudy.
Bukan hanya dengan Malaysia dan Thailand saja, namun Indonesia juga terus menjalin kerja sama peningkatan penggunaan mata uang lokal dengan Jepang dan China, kemudian terbaru juga dengan Korea Selatan yang tinggal menunggu implementasi saja.
Sebagai informasi bahwa hingga Juni 2023, transaksi yang menggunakan mata uang lokal sudah setara dengan 3,2 miliar Dollar AS, yang mana nilai tersebut sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan transaksi sepanjang tahun lalu.
"Jadi kita perkiraan akan jauh melampaui 2022," ungkap Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti. *Rill/Red
x
Post A Comment:
0 comments: