Jakarta, SindoNews.id - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) resmi menjalin kerja sama politik. Kesepakatan ini dicapai setelah pertemuan antara para pimpinan kedua partai di kantor DPP PDIP, Jakarta, Minggu (30/4/2023).
Dalam keterangan pers, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP, Hasto Kristiyanto menyebut bahwa pertemuan tersebut sangat penting bagi PDIP dan PPP untuk mengukuhkan kerja sama dalam rangka Pemilu Pilpres 2024.
“Antara PDIP dan PPP ini dekat, bukan hanya karena lokasinya berdekatan kantornya, dari sejarah kelahirannya, PPP lahir pada tanggal 5 Januari 1973, sementara PDIP 10 Januari 1973, jadi PPP ini saudara tua kita,” ujar Hasto.
Dirinya pun berharap kerja sama kedua partai ini membawa amanah bagi Indonesia maju dan rakyat menuai berkah.
Pada kesempatan yang sama, Plt Ketua Umum (Ketum) DPP PPP, Muhammad Mardiono menuturkan bahwa landasan kerja sama politik antara PDIP dengan PPP adalah berdasarkan kerja sama politik predisensial.
“Kami akan menindaklanjuti ini semua dengan tahapan yang banyak dalam rangka menyukseskan Ganjar Pranowo sebagai Capres,” tutur Mardiono.
Lebih lanjut, Mardiono mengungkapkan PPP menitipkan kepada Ganjar Pranowo yang memiliki misi kerakyatan agar politik yang dijalankan Presiden adalah politik yang amar ma’ruf nahi munkar.
“Kita juga meminta kepada Pak Ganjar Pranowo untuk melanjutkan estafet kepemimpinan. Dalam melanjutkan pembangunan kita, kita tidak boleh stuck namun harus maju terus ke depan, karena kita tidak ingin tertinggal dari negara lain, kita juga ingin mengejar ketertinggalan dan sejajar dengan negara lain,” lanjutnya.
Menurutnya, itulah yang menjadi landasan PDIP membangun penguatan kerja sama politik presidensial ini, bagaimana membangun bangsa ke depan agar rakyat bisa menikmati hasil dari demokrasi Pemilu 2024 mendatang.
Perihal Cawapres yang akan mendampingi Ganjar, Mardiono bilang kalau tahapan kerja sama PDIP dan PPP itu belum masuk dalam tahapan itu.
"Karena nanti akan kita bahas setelah tahapan ini tuntas selesai. Tentu sebelum nanti ke pelaminan, ke KPU, tentu akan ada bahasan-bahasan itu semua," ujarnya.
Sementara itu, Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri mengajak untuk melihat bahwa perpolitikan itu bukan hal statis.
“Jadi kita melihat tentu berbeda, kalau 2004 saya dengan Pak Hasyim Muzadi, kalau ditanya sekarang siapa (Cawapres), saya sudah bilang sama Pak Mardiono agar tunggu dulu karena ini akan banyak yang antri,” ungkap Megawati.
Megawati pun mengatakan bahwa saat di Batu Tulis, Bogor, ia sudah menyebut terkait kontemplasi.
“Nanti mungkin saya merenung dulu, kontemplasi lagi, tapi satu tujuan saya, Indonesia Raya. Nanti akan mengerucut sendiri (mengenai Cawapres), tapi oleh pikiran saya. Rakyat itu tidak bisa dikendalikan, mereka memiliki mata hati,” pungkas Megawati.
Pada kesempatan tersebut, Ketum PDIP ini juga mengimbau awak media agar memahami etika jurnalistik dan berharap media mampu memberitakan sesuatu secara berimbang. Rill/RED
Post A Comment:
0 comments: